MENCIPTAKAN SUASANA
BELAJAR YANG AKTIF, KREATIF DAN MENYENANGKAN DENGAN MENGGUNAKAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA DI
KELAS II
SDN CIBENING 01
LAPORAN
PKP – PGSD
Diajukan
untuk
memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Pemantapan
Kemampuan
Profesional
Disusun
Oleh :
Nama
: EUIS NURHAYATI
NIM
: 820437577
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BOGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Guru dipandang sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah.
Dengan adanya Undang-Undang guru dan Dosen yang baru, mengenai profesionalisme
seorang guru. Salah satu benuk upaya guru untuk mengembangkan diri adalah
dengan selalu mau dan mampu mengadakan tindakan yang bersifat reflektif dan
reformatif dalam proses pembelajaran yang dilakukannya.
Didasari atau tidak proses pembelajaran yang terjadi saat ini masih
banyak mengacu pada sifat drilling dan menganggap guru adalah tokoh
utama dengan segudang ilmu yang siap memberikan informasi kepada peserta didik.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 28 ayat 3, menyatakan bahwa kompetensi
yang harus dimiliki oleh setiap guru sebagai agen pembelajaran meliputi
kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan
kompetensi sosial. Dengan demikian penting kiranya bagi seorang guru memiliki
kompetensi dalam proses pembelajaran di kelas. Mengingat bahwa guru dituntut
memiliki kompetensi yang baik dan hendaknya menggunakan pendekatan berbasis
kompetensi dalam setiap proses pembelajarannya. Mengingat guru dituntut
memiliki kualifikasi berbagai kemampuan dan didukung oleh latar belakang dan
banyak temuan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya
mata pelajaran matematika maka penulis mencoba untuk mengkaji lebih lanjut
kegiatana belajar mengajar di kelas dengan cara merubah metode, strategi atau
model pembelajaran, guna mengatasi berbagai persoalan yang ditemukan selama
proses pembelajaran di kelas berlangsung.
Uraian di atas
memberi motivasi pada penulis perlu kiranya mengadakan penelitian PTL yang
berjudul : “MENCIPTAKAN SUASANA BELAJAR
YANG AKTIF, KREATIF DAN MENYENANGKAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL
TEACHING LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SDN CIBENING
01”.
B. Analisis
dan Perumusan Masalah
1. Analisis Masalah
Berdasarkan pengamatan dan refleksi guru selama proses
belajar mengajar serta masukan dari teman sejawat, maka dapat diidentifikasi
berbagai masalah yang ada selama proses pembelajaran di kelas, diantaranya
adalah sebagai berikut :
- Motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas masih rendah, hanya sebagaian kecil siswa yang terlihat aktif.
- Masih kurang bervariasinya penggunaan metode mengajar
- Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan
2. Perumusan
Masalah
Dari refleksi yang dilakukan,
penulis menyadari adanya perubahan yang bersifat reflektif dan reformatif dalam
proses belajar mengajar di kelas. Penulis metode mengajar yang dapat menarik
minat siswa untuk senang dengan mata pelajaran Matematika dengan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL). Menurut hemat penulis pendekatan
ini merupakan satu alternatif pendekatan pembelajaran yang sesuai, oleh karena
itu dari hasil temuan permasalahan di kelas, maka dibuatlah rumusan masalah
sebagai berikut :
“Bagaimana
menciptakan lingkungan / suasana belajar
yang aktif, kreatif dan menyenangkan, sehingga siswa termotivasi untuk belajar
dengan baik dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL)
pada mata pelajaran Matematika”.
C. Tujuan
Perbaikan
Tujuan yang dilakukan ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pembelajran Matematika sejak dari penyusunan, perencanaan serta evaluasi
belajar yang diterapkan di kelas, berdasarkan pengalaman penulis selama
mengajar serta melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Pendekatan Contextual And
learning (CTL) dalam pembelajaran Matematika di SDN Cibening 01, sebagai upaya
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di sekolah.
D. Manfaat
Perbaikan
Dengan penekatan Contextual teaching
and Learning (CTL) dalam pembelajaran Matematika, diharapkan dapat bermanfaat :
1.
Bagi Siswa :
- Agar dapat meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika
- Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan atau enjoy learning bagi siswa.
- Dapat mengubah pola pikir siswa untuk lebih giat memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.
2.
Bagi Guru :
- Meningkatkan motivasi guru untuk selalu mencari dan menemukan model atau metode pembelajaran yang tepat, efektif dan menarik bagi siswa.
- Dapat meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga dapat lebih profesional di bidangnya.
3.
Bagi sekolah :
- Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan pembelajaran.
- Dengan meningkatnya kinerja guru dan siswa dapat meningkatkan prestasi dan kinerja sekolah.
- Meningkatkan prestasi sekolah menjadi lebih baik dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Tinjauan
Mata Kuliah
1. Pengertian
PKP (pemantapan Kemampuan Profesional) merupakan
program kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan
kemampuan professional guru SD dalam mengelola pembelajaran. Artinya guru SD tidak
hanya bertanggung jawab mengajar empat bidang studi sebagai guru kelas di SD,
tetapi juga harus terampil mengelola dan memperbaiki atau meningkatkan proses
pembelajaran di berbagai tingkatan kelas di SD.
2. Tujuan
1)
Menemukan kelemaham/permasalahan dalam pembelajaran
yang dilakukan melalui refleksi
2)
Menemukan alternatif solusi untuk memperbaiki kelemahan
dan atu meningkatkan kaulitas pembelajaran yang dilakukan berdasarkan
penelitian tindakan kelas.
3)
Mempertanggungjawabkan keputusan atau tindakan
perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara ilmiah
3. Manfaat
1)
Akan lebih menguasai konsep dan kaidah PTK (Penelitian
Tindakan kelas)
2)
Dapat menjadikannya sebagai kerangka berpikir untuk
memperbaiki kualitas pembelajarn di kelas
3)
Akan lebih mantap dan percaya diri dalam mengelola
pembelajaran
B. Hakikat
Belajar dan Hasil Belajar
Salah satu pokok seorang guru adalah
mengevaluasi tingkat keberhasilan, rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar serta mengetahui sejauhmana peserta didik dapat memahami secara tepat
(valid) dan dapat dipercaya (reliabel), untuk itu diperlukan informasi yang
didukung oleh data-data yang obyektif
dan memadai tentang indicator-indikator perubahan perilaku dan pribadi
peserta didik.
Setiap kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang tentunya
mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah
merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan. “Pada dasarnya tujuan dalam
sebuah proses pembelajaran merupakan perumusan yang jelas yang memuat
pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti
suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik tertentu”. Perubahan tingkah
laku itulah yang diharapkan dikuasai siswa yang sering disebut dengan Hasil
Belajar.
Dengan demikian seseorang yang sudah belajar keadaannya tidak harus sama
dengan ketika ia belum belajar. Hal ini
sangat sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nana Sudjana, yakni “Hasil
belajar adalah kemampaun yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar”.
Hasil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti, merpakan
sesuatu yang diadakan oleh suatu usaha/perolehan. Dengan demikian hasil dapat
diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh melalui usaha.
Selain pendapat diatas, masih ada pendapat lain lagi tentang definisi
belajar seperti yang dikemukakan oleh Prof. Moh Surya “Belajar sebagai suatu
proses memperoleh perubahan tingkah laku untukmendapatkan pola-pola respon yang
baru dan diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka belajar adalah sebuah
proses perubahan pengertian tersebut di atas, maka belajaradalah sebuah proses
perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Perubahan tingkah laku
terjadi setelah menerima informasi, mengalami atau melalui pendidikan.
Menurut Soediyanto, “Hasil belajar pada dasarnya merupakan tingkat
penguasaan yang telah dicapai seseorang dalam mengikuti program belajar
mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan”.
Hasil belajar siswa dapat dicapai siswa dapat dilihat dari adanya
perubahan tingkah laku pada anak. Disamping itu salah satu indicator hasil
belajar secara kognitif adalah dengan melihat perolehan nilai belajar yang
dicapai siswa.
Untuk mengukur keberhasilan belajar tersebut seorang guru harus melakukan
proses penilaian (evaluasi). Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam
proses penilaian ini adalah, bahwa nilai seorang peserta didik tidak hanya
mengandalkan nilai kognitif atau kemampuan intelektual saja, melainkan juga
harus melibatkan penilaian dalam kemampuan afektif atau sikap dan kemampuan
psikomotornya, dengan kata lain bahwa jika sebuah penilaian telah melibatkan
seluruh unsur seperti disebutkandi atas, maka sesungguhnya kita telah melakukan
penilaian terintegrasi.
Dari uraian di atas jelas bahwa lingkungan yang baik harus diciptakan
agar siswa dapat belajar secara efektif, sehingga hasilnya akan dapat seperti
yang diharapkan.
C. Pendekatan
CTL (Contextual Teaching and Learning)
Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik
dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang
dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut
pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dalam
Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih
memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan
dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat
pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan
tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut
pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami
sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan
itu. Transfer belajar;
anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan
yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru
mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan
pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa
bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi :
1. Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk
menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada
pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba.
Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa
banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
2. Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang
dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud
keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru
dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan
ke kelas.
3. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun
pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya,
investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri
meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data,
kemudian disimpulkan.
4. Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas
yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan.
Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar
serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja
dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
5. Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu
kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai
dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn
(cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa
berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
6. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu
kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal
yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu
tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang
apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan
saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
7. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan
kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan
penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar
mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode,
kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan
berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar