Selasa, 20 Maret 2012

CONTOH PTK



MENCIPTAKAN SUASANA  BELAJAR YANG AKTIF, KREATIF DAN MENYENANGKAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II
SDN CIBENING 01


LAPORAN PKP – PGSD



Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional







Disusun Oleh :
Nama : EUIS NURHAYATI
NIM    : 820437577





FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ BOGOR
2012




BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Guru dipandang sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan di sekolah. Dengan adanya Undang-Undang guru dan Dosen yang baru, mengenai profesionalisme seorang guru. Salah satu benuk upaya guru untuk mengembangkan diri adalah dengan selalu mau dan mampu mengadakan tindakan yang bersifat reflektif dan reformatif dalam proses pembelajaran yang dilakukannya.
Didasari atau tidak proses pembelajaran yang terjadi saat ini masih banyak mengacu pada sifat drilling dan menganggap guru adalah tokoh utama dengan segudang ilmu yang siap memberikan informasi kepada peserta didik.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 28 ayat 3, menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Dengan demikian penting kiranya bagi seorang guru memiliki kompetensi dalam proses pembelajaran di kelas. Mengingat bahwa guru dituntut memiliki kompetensi yang baik dan hendaknya menggunakan pendekatan berbasis kompetensi dalam setiap proses pembelajarannya. Mengingat guru dituntut memiliki kualifikasi berbagai kemampuan dan didukung oleh latar belakang dan banyak temuan masalah yang muncul dalam proses pembelajaran di kelas, khususnya mata pelajaran matematika maka penulis mencoba untuk mengkaji lebih lanjut kegiatana belajar mengajar di kelas dengan cara merubah metode, strategi atau model pembelajaran, guna mengatasi berbagai persoalan yang ditemukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung.
Uraian di atas memberi motivasi pada penulis perlu kiranya mengadakan penelitian PTL yang berjudul : “MENCIPTAKAN SUASANA  BELAJAR YANG AKTIF, KREATIF DAN MENYENANGKAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SDN CIBENING 01”.

B.     Analisis dan Perumusan Masalah
1.   Analisis Masalah
Berdasarkan pengamatan dan refleksi guru selama proses belajar mengajar serta masukan dari teman sejawat, maka dapat diidentifikasi berbagai masalah yang ada selama proses pembelajaran di kelas, diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas masih rendah, hanya sebagaian kecil siswa yang terlihat aktif.
  2. Masih kurang bervariasinya penggunaan metode mengajar
  3. Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan

2. Perumusan Masalah
            Dari refleksi yang dilakukan, penulis menyadari adanya perubahan yang bersifat reflektif dan reformatif dalam proses belajar mengajar di kelas. Penulis metode mengajar yang dapat menarik minat siswa untuk senang dengan mata pelajaran Matematika dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL). Menurut hemat penulis pendekatan ini merupakan satu alternatif pendekatan pembelajaran yang sesuai, oleh karena itu dari hasil temuan permasalahan di kelas, maka dibuatlah rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimana menciptakan lingkungan / suasana  belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan, sehingga siswa termotivasi untuk belajar dengan baik dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) pada mata pelajaran Matematika”.

C.    Tujuan Perbaikan
Tujuan yang dilakukan ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembelajran Matematika sejak dari penyusunan, perencanaan serta evaluasi belajar yang diterapkan di kelas, berdasarkan pengalaman penulis selama mengajar serta melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Pendekatan Contextual And learning (CTL) dalam pembelajaran Matematika di SDN Cibening 01, sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di sekolah. 

D.    Manfaat Perbaikan
            Dengan penekatan Contextual teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran Matematika, diharapkan dapat bermanfaat :
1.      Bagi Siswa :
  1. Agar dapat meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika
  2. Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan atau enjoy learning bagi siswa.
  3. Dapat mengubah pola pikir siswa untuk lebih giat memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.
2.      Bagi Guru :
  1. Meningkatkan motivasi guru untuk selalu mencari dan menemukan model atau metode pembelajaran yang tepat, efektif dan menarik bagi siswa.
  2. Dapat meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar di kelas sehingga dapat lebih profesional di bidangnya.
3.      Bagi sekolah :
  1. Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan pembelajaran.
  2. Dengan meningkatnya kinerja guru dan siswa dapat meningkatkan prestasi dan kinerja sekolah.
  3. Meningkatkan prestasi sekolah menjadi lebih baik dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa.








 
BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Tinjauan Mata Kuliah
1.      Pengertian
PKP (pemantapan Kemampuan Profesional) merupakan program kegiatan yang memberikan pengalaman belajar untuk meningkatkan kemampuan professional guru SD dalam mengelola pembelajaran. Artinya guru SD tidak hanya bertanggung jawab mengajar empat bidang studi sebagai guru kelas di SD, tetapi juga harus terampil mengelola dan memperbaiki atau meningkatkan proses pembelajaran di berbagai tingkatan kelas di SD.
2.      Tujuan
1)      Menemukan kelemaham/permasalahan dalam pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi
2)      Menemukan alternatif solusi untuk memperbaiki kelemahan dan atu meningkatkan kaulitas pembelajaran yang dilakukan berdasarkan penelitian tindakan kelas.
3)      Mempertanggungjawabkan keputusan atau tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan secara ilmiah
3.      Manfaat
1)      Akan lebih menguasai konsep dan kaidah PTK (Penelitian Tindakan kelas)
2)      Dapat menjadikannya sebagai kerangka berpikir untuk memperbaiki kualitas pembelajarn di kelas
3)      Akan lebih mantap dan percaya diri dalam mengelola pembelajaran
B.     Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
            Salah satu pokok seorang guru adalah mengevaluasi tingkat keberhasilan, rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta mengetahui sejauhmana peserta didik dapat memahami secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel), untuk itu diperlukan informasi yang didukung oleh data-data yang obyektif  dan memadai tentang indicator-indikator perubahan perilaku dan pribadi peserta didik.
Setiap kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang tentunya mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan. “Pada dasarnya tujuan dalam sebuah proses pembelajaran merupakan perumusan yang jelas yang memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik tertentu”. Perubahan tingkah laku itulah yang diharapkan dikuasai siswa yang sering disebut dengan Hasil Belajar.
Dengan demikian seseorang yang sudah belajar keadaannya tidak harus sama dengan ketika  ia belum belajar. Hal ini sangat sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nana Sudjana, yakni “Hasil belajar adalah kemampaun yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar”.
Hasil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti, merpakan sesuatu yang diadakan oleh suatu usaha/perolehan. Dengan demikian hasil dapat diartikan sebagai sesuatu yang diperoleh melalui usaha.
Selain pendapat diatas, masih ada pendapat lain lagi tentang definisi belajar seperti yang dikemukakan oleh Prof. Moh Surya “Belajar sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah laku untukmendapatkan pola-pola respon yang baru dan diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka belajar adalah sebuah proses perubahan pengertian tersebut di atas, maka belajaradalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Perubahan tingkah laku terjadi setelah menerima informasi, mengalami atau melalui pendidikan.  
Menurut Soediyanto, “Hasil belajar pada dasarnya merupakan tingkat penguasaan yang telah dicapai seseorang dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan”.
Hasil belajar siswa dapat dicapai siswa dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku pada anak. Disamping itu salah satu indicator hasil belajar secara kognitif adalah dengan melihat perolehan nilai belajar yang dicapai siswa.
Untuk mengukur keberhasilan belajar tersebut seorang guru harus melakukan proses penilaian (evaluasi). Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian ini adalah, bahwa nilai seorang peserta didik tidak hanya mengandalkan nilai kognitif atau kemampuan intelektual saja, melainkan juga harus melibatkan penilaian dalam kemampuan afektif atau sikap dan kemampuan psikomotornya, dengan kata lain bahwa jika sebuah penilaian telah melibatkan seluruh unsur seperti disebutkandi atas, maka sesungguhnya kita telah melakukan penilaian terintegrasi.
Dari uraian di atas jelas bahwa lingkungan yang baik harus diciptakan agar siswa dapat belajar secara efektif, sehingga hasilnya akan dapat seperti yang diharapkan.

C. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Proses belajar anak dalam belajar dari mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Transfer belajar; anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Siswa sebagai pembelajar; tugas guru mengatur strategi belajar dan membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru, kemudian memfasilitasi kegiatan belajar. Pentingnya lingkungan belajar; siswa bekerja dan belajar secara di panggung guru mengarahkan dari dekat.
Komponen pembelajaran yang efektif meliputi :
1.      Konstruktivisme, konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau mengingat pengetahuan.
2.      Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas. 
3.      Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan.
4.      Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
5.      Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.
6.      Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah; pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil karya.
7.      Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar